News

Harga BBM Subsidi Naik September 2025: Dampaknya ke Ekonomi dan Daya Beli Rakyat

Harga BBM

Dampak Langsung Kenaikan Harga BBM Terhadap Daya Beli

Pojokwacana.com – Pemerintah resmi mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Solar pada awal September 2025. Kebijakan ini sontak menimbulkan reaksi keras dari publik karena harga BBM menyangkut kebutuhan dasar transportasi dan logistik seluruh lapisan masyarakat. Harga Pertalite naik dari Rp10.000 menjadi Rp12.500 per liter, sementara Solar naik dari Rp6.800 menjadi Rp8.500 per liter.

Kenaikan harga ini langsung memengaruhi biaya hidup harian. Ongkos transportasi umum mulai merangkak naik, harga bahan pokok melonjak karena ongkos distribusi ikut terdampak, dan tarif ojek online pun menyesuaikan tarif mereka. Situasi ini membuat daya beli masyarakat kelas menengah bawah tertekan, karena pengeluaran bulanan membengkak tanpa diikuti kenaikan pendapatan yang sepadan.

Banyak ekonom menilai bahwa kenaikan BBM memang tak terhindarkan karena beban subsidi negara sudah terlalu berat. Namun, mereka juga memperingatkan bahwa kenaikan mendadak bisa menurunkan konsumsi rumah tangga, yang selama ini menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jika konsumsi melemah, dikhawatirkan pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2025 bisa melambat dari target semula.


Respons Pemerintah dan Upaya Meredam Gejolak

Untuk meredam dampak sosial ekonomi, pemerintah menyiapkan sejumlah langkah kompensasi. Di antaranya adalah pemberian bantuan langsung tunai (BLT) BBM sebesar Rp300.000 per keluarga penerima manfaat, subsidi transportasi untuk angkutan umum, serta pengawasan ketat terhadap harga barang kebutuhan pokok di pasar. Langkah ini diharapkan bisa menjaga daya beli masyarakat menengah ke bawah agar tidak langsung jatuh miskin akibat inflasi mendadak.

Selain itu, pemerintah menjelaskan bahwa penyesuaian harga BBM ini penting untuk mengurangi beban fiskal negara. Anggaran subsidi energi tahun 2025 sudah membengkak hingga ratusan triliun rupiah karena lonjakan harga minyak dunia. Jika terus dipaksakan, dikhawatirkan defisit APBN akan melebar dan menurunkan kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi Indonesia. Dengan menaikkan harga BBM, pemerintah berharap bisa mengalihkan sebagian anggaran subsidi ke sektor produktif seperti pendidikan dan kesehatan.

Di sisi lain, sejumlah pihak mendesak pemerintah agar transparan dalam perhitungan harga keekonomian BBM serta memastikan tidak ada penyimpangan dalam distribusi bantuan kompensasi. Transparansi dianggap penting agar publik tidak kehilangan kepercayaan terhadap kebijakan energi yang sensitif ini. Pemerintah pun berjanji akan membuka data perhitungan harga dan melibatkan BPK serta KPK untuk mengawasi pelaksanaan kebijakan ini.


Imbas Kenaikan BBM ke Inflasi dan Stabilitas Ekonomi

Secara historis, setiap kenaikan harga BBM selalu memicu lonjakan inflasi. Bank Indonesia memperkirakan inflasi tahunan bisa naik hingga menyentuh 5–6% pada kuartal IV 2025 akibat efek domino kenaikan harga barang dan jasa. Hal ini tentu menjadi tantangan besar bagi stabilitas makroekonomi karena bisa menurunkan daya beli masyarakat sekaligus menekan pertumbuhan konsumsi domestik.

Sektor industri dan logistik juga harus menanggung beban biaya produksi yang lebih tinggi. Beberapa perusahaan mengaku akan melakukan efisiensi seperti pengurangan jam kerja atau penundaan perekrutan pegawai baru demi menekan biaya operasional. Jika berlangsung lama, hal ini bisa berdampak pada melambatnya penciptaan lapangan kerja baru yang sangat dibutuhkan generasi muda saat ini.

Namun, sejumlah analis menilai bahwa dampak kenaikan BBM bisa bersifat sementara jika pemerintah konsisten menjaga stabilitas harga pangan dan menjaga ekspektasi inflasi publik. Jika ekspektasi tetap terkendali, masyarakat akan menyesuaikan pola konsumsi mereka tanpa menurunkan tingkat konsumsi secara drastis. Dalam jangka menengah, penyesuaian harga BBM dianggap bisa menyehatkan APBN dan memperkuat fondasi fiskal Indonesia.


Penutup: Saat Sulit yang Harus Dilewati Bersama

Beban Berat untuk Rakyat Kecil

Harga BBM Subsidi Naik 2025 memang menjadi pukulan berat bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Mereka harus menanggung beban biaya hidup yang meningkat tajam hanya dalam waktu singkat. Diperlukan intervensi sosial yang tepat sasaran agar kelompok rentan tidak makin tertinggal akibat kebijakan ini.

Momentum Reformasi Energi

Meski pahit, kebijakan ini bisa menjadi momentum bagi pemerintah untuk melakukan reformasi menyeluruh di sektor energi. Penguatan energi terbarukan, efisiensi transportasi publik, dan pengurangan ketergantungan terhadap BBM impor menjadi langkah penting agar Indonesia tidak terus terjebak dalam lingkaran krisis harga energi setiap tahun.


📚 Referensi