Pemerintah Viral

Data Komnas HAM: 10 Meninggal Dunia saat Gelombang Demo Akhir Agustus

pojokwacana.com – Gelombang demonstrasi akhir Agustus 2025 meninggalkan jejak duka: setidaknya 10 orang meninggal dunia, menurut data terbaru dari Komnas HAM. Beberapa korban diduga menjadi korban kekerasan saat penanganan aksi unjuk rasa — menambah urgensi perlindungan hak sipil dan transparansi hukum. Yuk kita bedah lebih lanjut kronologi, fakta, dan tanggapan berbagai pihak terkait.

Detil Data dan Kronologi Korban Demo

Komnas HAM mencatat 10 orang meninggal dunia dalam rentang waktu akhir Agustus terkait demonstrasi yang berakhir ricuh. Data ini merupakan hasil pemantauan sejak tanggal 25 Agustus hingga awal September 2025.

Beberapa korban dilaporkan tewas akibat berbagai situasi — termasuk pengendalian massa yang dinilai represif. Korban yang paling awal menarik perhatian publik adalah pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, yang tewas setelah kendaraan taktis Brimob melindasnya dalam insiden yang terjadi saat demo di Jakarta.

Selain itu, Komnas HAM juga mencermati adanya penggunaan kekuatan berlebihan oleh aparat, ditambah ratusan demonstran yang mengalami luka serta ratusan lainnya ditangkap—sebuah data yang memperlihatkan tingginya eskalasi represif dalam demo akhir Agustus.

Kekerasan Aparat dan Penanganan Demonstran

Komnas HAM menyoroti secara khusus adanya penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh aparat keamanan dalam menangani demonstrasi. Dalam beberapa kasus, prosedur pembubaran dipandang tidak proporsional, menimbulkan korban jiwa dan luka.

Affan Kurniawan menjadi simbol dari tragedi ini—demonstran atau tidak, ia merenggang nyawa akibat tindakan represif, dan Komnas HAM secara tegas menyebut insiden itu sebagai pelanggaran HAM.

Selain itu, Komnas HAM membuka posko aduan terhadap masyarakat yang menjadi korban, serta membentuk tim pemantau di sejumlah titik lokasi demo, termasuk di Polda Metro Jaya dan rumah sakit—langkah penting untuk memastikan dokumentasi dan akuntabilitas.

Reaksi Pemerintah dan Harapan Penanganan Transparan

Pemerintah merespons insiden ini dengan menyerukan investigasi. Beberapa langkah yang diambil antara lain pemeriksaan dari Propam terhadap tujuh anggota Brimob yang terlibat, dan analisis lebih lanjut atas penggunaan kekerasan yang dianggap berlebihan

Selain itu, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan bela sungkawa atas kejadian tersebut, menyampaikan keprihatinan, dan berjanji penyelidikan tuntas. Namun, sejumlah pihak menganggap jawaban pemerintah masih belum cukup menyentuh akar masalah dan menuntut investigasi independen.

Implikasi terhadap Kebebasan Berpendapat dan Demokrasi

Insiden ini mencerminkan kekhawatiran serius soal ruang demokrasi. Ketika hak atas unjuk rasa dibalas dengan kekerasan, bukan hanya kepercayaan publik terhadap aparat yang runtuh, tetapi juga legitimasi demokrasi itu sendiri yang terancam.

Komnas HAM sebagai lembaga independen nasional punya peran penting mengawal investigasi yang transparan dan adil. Jika ditangani dengan sungguh, kasus ini bisa menjadi momentum bagi reformasi dalam tata kelola demonstrasi yang lebih respek HAM.

Tapi kalau tidak? Rasa takut untuk menyampaikan pendapat bisa semakin kuat — dan korban nyata berikutnya bukan hanya 10 orang, melainkan kebebasan sipil yang lebih luas.

Penutup – Ke Mana Arah Penanganan Kasus Ini?

Data Komnas HAM menunjukkan ada 10 orang yang tewas dalam demo akhir Agustus, dengan dugaan pelanggaran HAM dalam beberapa kasus. Langkah-langkah seperti pemantauan, posko aduan, hingga pemeriksaan aparat sebaiknya memperkuat keadilan, bukan sekadar pencitraan responsif.

Penegakan hukum harus memastikan korban mendapatkan keadilan dan sistem mencegah replica masa depan. Sekaligus, kami berharap penyelidikan transparan dan akuntabel dapat memulihkan kepercayaan publik dan memperkuat hak demokrasi kita.